"Embrace uncertainty. Some of the most beautiful chapters of our lives won't have a title until much later." - Bob Goff
Di penghujung akhir tahun, aku menghadapi babak baru. Bila kamu pernah atau tengah menghadapi ketidakpastian-ketidakpastian yang bikin kamu takut salah langkah, mungkin aku bisa memahami apa yang kamu rasakan.
Pernah aku bicara pada orang tak dikenal (anonim), dia berbagi resep bahwa untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup, jawabannya adalah embrace it. Tentu kata ini tidak serta merta dapat kita terima begitu saja, sebab ketika menghadapi suatu masalah, kita cenderung untuk tidak menyerap segala masukan-masukan yang diterima telinga kita. Kita hanya ingin didengarkan. Tenggelam sesaat, entah berapa lama, lalu bangkit kembali. Rasanya siklus yang tepat memang begitu adanya. Let us feel the pain and find its way and we'll be happy, eventually.
Aku pernah menghadapi teman yang sedang kalang-kabut dengan masalahnya sendiri. Ia mencari solusi, termasuk kepada teman-temannya. Sebagai pandangan orang ketiga yang melihat dari sisi luar, terkadang kita merasa bisa memberi masukan dari pandangan lain yang lebih jernih. Banyak ide, nasihat, dan masukan yang bermunculan dan kita sumbangkan sebagai aspirasi dan semata-mata untuk kebaikan teman kita. Percakapan dalam proses mencari solusi terlihat lancar-lancar saja, apalagi saat teman kita yang dirundung masalah memberikan afirmasi lewat kata "Ya", "Setuju", "Oh, begitu, nanti gue coba, deh!"
Namun, faktanya, temanku tetap merasa positif beberapa detik, lalu lesu kemudian. Sebab, kondisi emosionalnya kala itu tidaklah dipersiapkan untuk menerima segala masukan. Bila kamu bisa membaca kondisi, hal yang diinginkan adalah didengar dan didengar. Jadi, dengarkan saja hingga dia puas untuk berbagi kisah yang dialami.
Begitupun dengan post kali ini, aku hanya ingin didengarkan. hehe
Belakangan aku merasakan suatu ketidakpastian dalam beberapa segi kehidupan, termasuk kesehatan. Ada banyak masukan yang aku terima, baik dari beberapa teman, sahabat, orang terdekat, ahli, orang tua bahkan bosku juga memberikan masukan yang berguna. Namun, ada kondisi di mana kita sulit memilah, menerima segala masukan, namun secara perlahan kita akan menemukan arah yang menurut kita baik dengan sendirinya. We have our own pace to understand things, even for the easiest stuff we need a second to filter it and do it well.
Then I know it's the time to manage myself better in the future. Membuang beragam hal yang nggak perlu, menjalani hidup yang lebih sehat, start a minimalism life, and embrace it in a better way in and out. So, yeah, I hope I can make something good in 2019.
Thank God, I could find You at anywhere and surrounded me with kindness.